Kegiatan Abdimas Dosen S2 MP untuk Peningkatan Pembelajaran Berdiferensiasi Guru SD Berdasarkan Kecerdasan Majemuk dan Pedagogi Abad Ke 21

Kegiatan Abdimas Dosen S2 MP untuk Peningkatan Pembelajaran Berdiferensiasi Guru SD Berdasarkan Kecerdasan Majemuk dan Pedagogi Abad Ke 21

Smallest Font
Largest Font

PAKUAN. Beritakita.id,- Menurut bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah menumbuhkan manusia beradab. 

Tumbuh melibatkan penanaman nilai dan norma-norma yang baik pada peserta didik untuk membentuk karakter dan kepribadian serta berbudaya dan beradab. 

Salah satu upaya mengimplementasikan pernyataan Ki Hadjar Dewantara dengan melakukan pendampingan guru. 

Dimana pendampingan guru memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Guru dengan tingkat kompetensi mengajar yang tinggi lebih siap untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa mereka, berkontribusi pada hasil belajar yang lebih baik. 

Mentoring juga membantu guru mengembangkan profesionalisme mereka dengan memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diterapkan di kelas. Selain itu, memiliki mentor berdampak positif terhadap motivasi kerja guru. Mereka merasa didukung dan didorong untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Pendampingan guru di salah satu sekolah swasta di Bogor, Indonesia, dilakukan sebagai kegiatan pengabdian masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mengajar yang berbeda dan memiliki banyak manfaat. 

Pertama, guru dapat belajar dari mentor yang berpengalaman dan kompeten melalui praktik dan pengalaman mereka. 

Kedua, mentor memberikan umpan balik yang konstruktif kepada guru, yang dapat membantu mereka meningkatkan praktik mengajar mereka. 

Ketiga, kegiatan pendampingan dapat menjadi sarana bagi guru untuk berkolaborasi dengan teman sebayanya. Kolaborasi ini dapat membantu guru belajar dari satu sama lain dengan berbagi pengetahuan. 

Dosen Universitas Pakuan terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) untuk memberikan pelatihan in-house bagi sekolah swasta di Kabupaten Bogor. 

Para dosen ini yaitu Dr. Rais Hidayat, Dr. Yuyun Elizabeth Patras, Dr. Dadang Jaenudin, Dr. Iyan Irdiansyah, Dr. Sumardi dan Dr. Griet Helena Laihad, 

In-house training (IHT) adalah metode yang digunakan sekolah untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan kinerja guru IHT adalah bagian penting dari upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 

Kegiatan IHT melibatkan upaya kolaboratif antara universitas dan sekolah untuk menjalin kemitraan yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Pendampingan IHT di sekolah terdiri dari 4 langkah yaitu; perencanaan, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut. 

Adapun 4 langkah tersebut sebagai berikut; 

1. Perencanaan; 

Perencanaan meliputi penentuan tujuan IHT, materi yang akan disampaikan, metode pembelajaran yang akan digunakan, peserta IHT (30 guru), waktu dan lokasi pelaksanaan IHT (September 2023, Sekolah Alam Ciomas, Bogor), narasumber IHT, dan anggaran IHT. 

Selama tahap perencanaan, disepakati bahwa enam pembicara dari Universitas Pakuan akan berpartisipasi dalam IHT. 

2. Implementasi; 

Implementasi IHT harus dilakukan sesuai rencana yang dibuat selama tahap perencanaan. 

Narasumber IHT harus menyampaikan materi dengan jelas dan menarik, dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. 

Selama tahap implementasi, ketiga pembicara memberikan tiga materi terkait: filosofi Pendidikan Indonesia, kompetensi guru abad 21, dan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan kecerdasan majemuk. 

3. Evaluasi; 

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan IHT telah tercapai dan mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan IHT. 

4. Tindak lanjut; 

Langkah terakhir bertujuan untuk memastikan bahwa peserta IHT dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh proses pembelajaran. 

Data evaluasi dan tindak lanjut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner di akhir kegiatan untuk mengetahui kepuasan peserta dan rencana tindak lanjut IHT.

Kegitan dimulai dengan demonstrasi beberapa gerakan selama acara dan meminta para peserta untuk menebak apa yang sedang digambarkan. 

Gerakan-gerakan ini dikaitkan dengan filosofi inti budaya Pendidikan Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain berjalan, mencari bibit, menanam dan memelihara benih, serta memetik buah. 

Lembar evaluasi menunjukkan bahwa 95% peserta menyukai penyampaian pembicara pertama. Selain itu, 9,5% peserta menyatakan minat yang besar terhadap filosofi Pendidikan Indonesia dan berencana untuk menerapkannya.

Kegiatan selanjutnya menguraikan kompetensi inti guru abad 21 menggunakan metode diskusi selama presentasi. 

Fokus utama kompetensi guru abad ke-21 adalah untuk membekali siswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan era digital. Untuk mencapai hal ini, guru harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan kolaborasi, dan keterampilan teknologi. TIK Guru harus memiliki kompetensi pedagogik, profesional, dan kepribadian yang memadai untuk memelihara keterampilan ini. 

Lembar evaluasi menunjukkan bahwa 98% peserta menikmati penyampaian materi pembicara kedua. Selain itu, 98% peserta menyatakan minat pada kompetensi guru abad ke-21, dan 99% berencana untuk mengintegrasikannya ke dalam pengajaran di kelas mereka.

Kegiatan terakhir membahas konsep kecerdasan majemuk dan bagaimana hal itu dapat diterapkan pada pembelajaran berdiferensiasi menggunakan metode reflektif Ide utama di balik berbagai kecerdasan adalah bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan yang unik dan beragam, yang tidak terbatas pada kemampuan akademik atau IQ. 

Konsep kecerdasan mencakup berbagai aspek, seperti keterampilan bahasa, aritmatika, pemecahan masalah, pemikiran kreatif, dan keterampilan sosial. 

Menurut teori Howard Gardner, setiap orang memiliki sembilan jenis kecerdasan yang majemuk, yaitu: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik-fisik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. 

Oleh karena itu, guru harus mengadopsi pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar individu, seperti menyediakan materi dengan berbagai tingkat kesulitan, menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, dan memberikan tugas dalam format dan tingkat kesulitan lain. 

Umpan balik yang diterima dari lembar evaluasi menunjukkan bahwa 100% peserta menikmati presentasi, dan 99% menyatakan minatnya untuk menerapkan kecerdasan majemuk dan implikasinya dalam pembelajaran terdiferensiasi.

Kepsek dan Guru Sekolah alam merasakan dampak yang sangat bermanfaat dari kegiatan ini dan merekomendasikan kegiatan Abdimas ini dilaksanakan secara terschedule 1 kali dalam setahun dilakukan di Sekolah Alam. (***/Ras,Yun)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author